Minggu, 23 November 2008

Puisi-puisiku

Pertama Jumpa



Saling meraba, dan bertanya
Kucoba menyapa
Aku di antara mereka
Masih ada keengganan
Belum ada yang saling sapa
Itulah saat kali pertama
Jumpa
Kedua, ketiga, dan….
seterusnya
Aku bisa saling
dan bisa bertanya,
bersamanya

2008















Sarung Kenangan


Pertemanan, persahabatan….
Aku tak menduga
sebuah kenangan
Sarung…. Sarung kenangan
ke masjid, kuingat dirimu
ke kenduri kuingat wajahmu
ke rapat kuingat parasmu
ke sekolah kuingat budimu
Ya, kain kenang-kenangan
Pemberian teman
Sebagai tanda kasih
untuk selalu asih
selamanya

2008














Kekaguman pada Seorang Guru

Aku, kini bersua dengan agak lama
Guruku
Ternyata tampan, menawan
Bangga dan kagum
Meramu, meracik isi dunia
dengan untaian kata
dalam genggamanmu
Bermakna
Dalam….
sedalam Lautan Banda
dan juga tingginya….
Nun jauh di atas cakrawala
Guruku, bapakku
Bukalah pintuku, tuk menembus
Relung-relung kedunguanku
yang masih saja
dan menyelimuti pikiranku
Guruku
Terangilah, sinarilah, warnailah hidupku
Pancarkan wibawa, karisma, dan kegagahanmu
agar….
Aku bisa meneladanimu

2008






Satu Tujuan


Kadang aku mengeluh
Kadang aku bersuka
Kadang ada kegamangan dalam hati
Kerisauan, kegalauan, kegundahan, kekhawatiran
Silih berganti…
Mewarnai hati, yang saat ini
sedang diuji
sedang ditempa
Sedang ditata, ditatar, dipahat, dan dilukis
Pribadi yang berbudi, bernurani
Pribadi yang punya seribu hati
Inilah yang menjadi kunci
Mengapa kami ada di sini

2008















Cerahnya Hari


Hari punya mata
Mata punya hari
Matahari, mentari, sang surya, sang bagaskara,
sang penerang….
mengubah gelap, menjadi terang
seterang hatiku
dalam terang, semua jadi jalan
dalam terang, semua jadi mengenang
dalam terang, semua jadi merangsang
Merangsang hati, supaya bisa berbakti
kepada bumi, negeri, dan ibu pertiwi
Hari yang cerah
Membuat hati kadang bisa resah
Kalau jiwa selalu gegabah
Kalau jiwa tak dapat tabah
Matahari, hari yang punya mata
Lihatlah hari ini, esok, lusa, dan selamanya
supaya aku bisa berdoa,
beriman, berilmu, berkarya,
tuk diri
dan tuk sesama

2008









Anakku



Sebuah amanah, anugerah
agar aku bisa menengadah
bersimpuh penuh, sepenuh isi
Hatiku kepada-Nya
untuk selalu menjaganya
agar selalu merawatnya
supaya selalu melindunginya
Anakku,....
Kuajari tuk berwicara
Kudidik tuk bersusila
Kutempa tuk bisa dewasa
Kulatih tuk berterima kasih
Kupatri tuk bisa berbakti
Kepada diri dan negeri
Anakku,....
Seribu doa, seribu harapan
kepadamu
agar sampai merengkuh dan menggapai cita


2008

Lereng Menoreh (Kalibawang) Mei 2008






Bocah Kecil


Kadang menangis tersedu-sedu
Kadang tertawa terkekeh-kekeh
Berlari-lari ke sana kemari
Silih berganti
Menghiasi hari
Bocah kecil
Mungkin aku tak mengerti
Sering tak peduli, dan tak menghargai
Apa yang ia perbuat
Bikin kesal, pegal, dan gatal
untuk ‘mencubit’ atau ‘memukul’
Tapi aku baru ingat
“Inilah dunia miliknya”
yang harus kuinsyafi,
mengerti dan hidup....
menjadi lebih berarti

2008











Ibuku

Berjalan dan berjalannya sang waktu
Perut buncit besar, dielus-elus, diraba-raba
dengan kasih yang tulus
tak setitik noda di hatinya
sampai....
akhirnya aku lahir
diasuhnya dengan penuh asih
diasahnya dengan rasa senang
ya, ibuku...
cintamu suci laksana kapas yang baru merekah
putih, bersih, dan jernih
kasihmu murni bak mataair mengalir
dari lereng Merapi
hangatmu membuat aku jadi takzim
kasihmu kekal, abadi
sepanjang hayat masih di raga
sepanjang dunia masih ada
ya, ibuku
surga di telapak kakimu
”Akankah kudapat balas budimu?”

2008









Pengasuh Anakku


Waktu itu
Ia masih kecil, mungil
Bermain, bersuka ria, sesuka hati
Kadang tanpa kendali
Tanpa dirinya, entah apa jadinya
Digendongnya, disuapinya, dikasihinya
Layaknya anak sendiri
Disenandungkan lagu dan cerita
yang menggebu
Pengasuh anakku,
Anakku dijaganya,
bagai merawat manik-manik di subangnya
yang ia kenakan
sebagai tanda keibuannya
Tapi, ia kadang
Jengkel, kesal pada asuhannya
Saat nakal, rewel, dan tak mau makan
Wajarlah, ia juga manusia
Yang punya lelah, payah
Yang punya pula ramah bagi momongannya itu
Pengasuh anakku, pamomong siwi-ku
Tak mudah jadi pamomong
Momong sendiri dan momong sesama
Tanpa relamu
Aku tak dapat mencari rezeki-Mu.

2008



Istriku

Saat di pelaminan
Tlah setia mengucap ikrar
Untuk bersatu mengarungi bahtera
Kehidupan, yang kadang bergelombang
Istriku, pendampingku
Juga sahabatku
Setia menemani, mengasihi
Menghibur di kala sendu
Bercanda di kala suka
Istriku, penghiburku
Kunafkahi sebagai kewajiban
Kucintai sebagai sebuah ketulusan
Kukasihi sebagai sebuah keharusan
Kusayangi sebagai sebuah kewajaran
Istriku, sahabat karibku
dua hati berpadu, menjadi satu
Satu asa
Asa yang satu
bagi putra-putri kami
jadi pribadi yang mandiri, terpuji, dan bernurani

2008

Tidak ada komentar: